Minggu, 16 Juni 2013

Katarak Bukan Penyakit?

Dr Donny V Istiantoro, SpM, dokter spesialis mata menegaskan katarak adalah kelainan pada mata karena faktor degeneratif atau penuaan umur. Lain halnya dengan glaukoma yang disebabkan oleh diabetes.
"Setiap orang pasti akan mengalaminya. Katarak sama seperti ubanan," kata dr Donny, Sabtu (15/6/2013).
Umumnya katarak dialami oleh mereka yang berusia di atas 60 tahun. "Namun bisa saja lebih dari itu, bila Anda menjalani pola hidup sehat. Misal banyak mengonsumsi makanan antioksidan. Zat ini kan antiaging," kata dr Donny.
Katarak dapat disembuhkan dengan menjalani operasi mata. Seiring perkembangan zaman, operasi katarak zaman sekarang terbilang lebih canggih, akurat, dan praktis.
"Blade-less operation misalnya. Sayatan tak lebih dari 1 mm. Tak ada luka sehingga tak perlu dijahit dan diperban. Prosedurnya hanya berlangsung dua sampai tiga menit," ujar dia.
Aman di Negeri Sendiri
Dalam kesempatan yang sama dr Darwan M.Purba, SpM, ahli mata senior sekaligus Presiden Direktur Jakarta Eye Center (JEC), juga memaparkan prestasi yang diraih oleh Jakarta Eye Center cabang Kedoya.
Rumah sakit mata ini berhasil melakukan operasi mata dengan angka 0 persen infeksi pascaoperasi atau post-operative endophthalmitis.
Pencapaian ini bahkan membuktikan melampui standar acceptable dari prosentase kejadian infeksi yang ditetapkan European Society of Cataract & Reactive Surgeons (ESCRS) yakni 0,015 - 0,5 persen.
Dibuka pada 2 April 2012, dalam kurun waktu setahun, JEC Kedoya telah menjalankan lebih dari 5.971 operasi intraokular, 3.130 di antaranya adalah tindakan operasi katarak.
JEC Kedoya menjadi rumah sakit pertama di Indonesia dengan 0 persen infeksi.
Menurut data West et Al, dalam periode 1994 hingga 2001, rumah sakit mata di Amerika masih mengalami post-operative endophthalmitis sebesar 0,25 persen.
Sementara di Singapura, post-operative endophthalmitis masih menyentuh angka rata-rata 0,1 persen hingga 2001.
"Ini membuktikan Indonesia adalah negara yang sangat aman untuk menjalani operasi mata," kata dr Darwan.
Keberhasilan ini tak lepas dari berbagai faktor mulai dari kecanggihan teknologi medis yang digunakan seperti feco dan blade-less operation ketrampilan dokter, team work dengan para suster, dan ruang operasi yang steril dan higienis.
"Kami menggunakan sistem positive pressure di mana udara di dalam ruang operasi bertekanan lebih tinggi dibanding luar sehingga ruang operasi lebih steril," tutur dr Darwan.
Berbeda dari rumah sakit lainnya, ruang operasi di JEC Kedoya berkonsep terbuka sehingga keluarga pasien dapat melihat langsung jalannya proses operasi.
"Saya berharap orang Indonesia tak perlu jauh-jauh lagi melakukan operasi mata di luar negeri karena di sini tak kalah canggih," ujar dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar